twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Selasa, 23 April 2013

Tukang Peluh Dan Tukang Keluh

Ketika matahari perlahan beringsut tepat di atas kepala, dua orang manusia bertemu disalah-sebuah titik sirkulasi yang bernama kelelahan. Yang pertama bernaung disebuah pohon rindang beralas rerumputan dengan tubuh basah kuyup oleh peluh. Sambil menyeka keringat ia bergumam, "Hari begitu cerah, ini kesempatan yang baik untuk segera menyelesaikan pekerjaan ini."

Yang kedua duduk disebuah warung di tepi jalan, menikmati segelas es jeruk dan sepiring nasi campur. Sambil menyeka keringat dengan sapu tangan ia berkata pada dirinya sendiri, "Sialan, hari begini panas, bagaimana saya bisa bekerja?"

Jelang beberapa menit kemudian tiba - tiba langit yang cerah berubah menjadi gelap, mendung. Angin berhembus dingin. Titik - titik hujan mulai menggerimis. Lalu menjadi deras menciptakan aliran - aliran anak sungai. Yang pertama segera berkemas dan pulang ke rumah. "Hujan begini deras, lebih baik saya pulang dan mengerjakan pekerjaan lain di rumah biarlah pekerjaan ini saya sambung esok hari." gumamnya dalam hati.

Sementara yang kedua masih bernaung di dalam warung makan dan masih menikmati makanannya. Sambil melihat jalan yang basah ia kembali berkesah, "Sial sial, hujan lagi...saya bakalan terjebak di sini. Nggak bisa pulang, nggak bisa kerja...sial..bener - bener sial!!"

Begitulah, ketika yang pertama telah jauh berlalu dari titik kelelahan dan memulai pekerjaan yang lain, yang kedua terkubur kaku dalam caci maki dan keluh kesah yang tak berkesesudahan. Pekerjaan terbengkalai dan kehilangan kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bicaralah
sebagai yang memiliki jiwa
atau yang memiliki cinta
atau yang memiliki karsa
atau diam merenungi makna