twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Jumat, 10 Mei 2013

Tuan Pembual dan Tuan Presiden

Seperti Sang Nabi dari Lebanon, aku pun sangat benci dengan Tuan Pembual. Lidahnya berbual semanis madu, tangannya berlipat menggenggam empedu. Apa yang kalian rasakan bila melihat Tuan Pembual berbicara di tivi - tivi? Mual? Muak? Atau malah kagum? Aku sendiri lebih senang mendengar ucapan Squidward Tentacles daripada celoteh Tuan Pembual.

Tuan Presiden adalah pemuja kental Tuan Pembual. Tiap Tuan Pembual berorasi, Tuan Presiden selalu berada di shaf paling depan dengan mulut menganga. Lalat berdengung bersorak bergembira menikmati sisa - sisa daging yang terjepit diantara gigi - giginya. Daging - daging berwarna merah darah dengan bau yang menyengat. Nampak jelas sebagian gerahamnya yang berlubang. Tapi tak satupun bait - bait janji yang pernah ia ikrarkan melekat di sana. Pastilah Tuan Presiden sering sakit gigi karena tusukan duri - duri janji itu. Lalu dia buang begitu saja bersama dahaknya.

Di telinga Tuan Presiden, setiap ucapan Tuan Pembual lebih seksi dari Farah Quinn yang senang membelah dada. Namun hanya sekedar menikmati, Tuan Presiden sama sekali tidak mengerti makna dari kalimat per kalimat Tuan Pembual. Kalimat yang disusun dari kata - kata yang berbau anyir yang merusak otak dan pendengaran Tuan Presiden. Jadi percuma saja kau berbicara lemah lembut pada Tuan Presiden, teriakan sekarat orang teraniaya pun tak ia dengar. (Karena tulinya), ia menganggap semua orang tak perduli padanya, mengucilkannya, membuatnya menderita. Dan bila giliran Tuan Presiden berbicara, hanya perasaan pribadinya yang acapkali ia sejarahkan.

Bahwa nyatanya Tuan Presiden dan Tuan Pembual telah lama berkawan intim, sangat - sangat intim hanya sedikit yang tahu itu. Jika kau ingin mengintip kekariban mereka, lihatlah ketika cahaya melukis bayangan. Seperti syair Syeikh Fariduddin Attar tentang Maharaja Simuraq, bila kau memandang Tuan Presiden maka akan tampak bayangan Tuan Pembual dan ketika kau menatap Tuan Pembual maka kau akan melihat bayangan Tuan Presiden.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bicaralah
sebagai yang memiliki jiwa
atau yang memiliki cinta
atau yang memiliki karsa
atau diam merenungi makna