twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Kamis, 09 Mei 2013

Fana

Kemanakah derita kemarin,
Yang berat tiada tara?
Inilah matra fana
Datang lalu hilang,
Semau hatinya
Maka mengapa kau menangis?

Ketika ia singgah
Dalam rupa mengerikan
Tulang belulang tercabut dari tempatnya
Akal berlari melepas tanggungjawabnya
Ditempat cahaya berbinar,
Gelap mulai mengelabu
Tenanglah, ia hanya singgah
Maka sambutlah ia dengan ramah
Katakan selamat datang kepadanya
Jika tak sanggup,
Cukuplah dengan senyum
Karena kau lebih digdaya darinya

Kemanakah senang kemarin,
Yang indah tiada tara?
Inilah ruang fana
Hadir lalu terusir
Maka mengapa kau tertawa?


Sanggulan, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bicaralah
sebagai yang memiliki jiwa
atau yang memiliki cinta
atau yang memiliki karsa
atau diam merenungi makna