twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Minggu, 05 Mei 2013

Rindang Meranggas

Selepas bercengkerama dengan hujan, pohon yang tumbuh di tepi jalan itu semakin menghijau saja. Ia tampak begitu berseri dalam dekapan sinar keemasan matahari pagi. Angin yang berhembus lembut menyapa dedaunan dan mengajaknya berdansa. Jari jemarinya turut bergoyang mengikuti irama siulan angin dan nyanyian daun. Sementara daun yang kering tak mau merusak keelokan sang pohon, ia pun melepaskan diri menyatu dengan tanah yang masih basah oleh hujan semalam.

Pohon yang tumbuh di tepi jalan itu tampak begitu tangguh. Akar - akarnya panjang menggenggam bumi dengan erat. Batangnya besar dan kokoh seolah mampu menyangga langit. Daunnya rindang menutup matahari. Burung - burung merasa nyaman membangun sarang di cecabang dan rerantingnya. Sementara manusia menikmati kesejukan di bawahnya.

Musim berganti, 'tlah berlalu beberapa kurun hujan tak juga menampakkan batang hidungnya walau sekadar gerimis. Sedang matahari semakin menajamkan pedangnya, membelah bumi dan membakar angin. Inilah masa yang berat bagi pohon yang tumbuh di tepi jalan itu. Ia utus akarnya jauh - jauh sekadar mencari sedikit penawar lapar dan dahaga. Ketika persediaan semakin menipis dan makanan semakin sulit ditemukan sementara hujan masih entah, perlahan pohon itu mulai menggugurkan dedaunan yang membuatnya elok dan disukai.

Kini, pohon yang tumbuh di tepi jalan itu ranggas tak berdaun. Demi tetap bertahan hidup ia rela kehilangan rindang. Tak perduli ia apa kata orang, tak perduli ia kehilangan keindahan, tak perduli ia kehilangan kegagahan, ia terus berjuang untuk tetap hidup. Tak ada kata putus asa apalagi sampai bunuh diri. Ia yakin musim akan kembali berganti dan hujan akan datang. Bila saat itu telah tiba, keindahan itu pun akan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bicaralah
sebagai yang memiliki jiwa
atau yang memiliki cinta
atau yang memiliki karsa
atau diam merenungi makna